Latar Belakang
Saat dibangku kuliah, Saya mengikuti unit (eskul) Koperasi KOKESMA. Disini Saya belajar menjalani bisnis dalam tim. Selain itu, Saya juga suka mengexplore hal-hal baru dan suka mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang memberikan manfaat kepada orang lain. Hal-hal tersebutlah yang membuat saya terjun ke dunia bisnis.
Selama ini, saya sudah mencoba berbagai jenis bisnis dari jual kue kering (Mole cookies), baso (Bopax), minuman (Chocorian), konveksi (Gondoo), hingga bisnis yang kental dengan riset (Conservation). Saya dan tim memproduksi kapsul penjernih air yang digunakan para tentara di pesisir pantai, daerah perbatasan. Alhamdulillah, Conservation menjadi Runner Up Mandiri Young Technopreneur tahun 2012 kategori Air.
Walaupun begitu, bisnis tersebut tidak bertahan lama, dikarenakan tim yang kurang commit dan pemilihan karyawan yang kurang tepat. Hal ini tidak membuat Saya patah semangat, sebaliknya memberikan Saya pengalaman dan wawasan yang memotivasi Saya untuk membangun bisnis yang lebih baik.
Pada akhir tahun 2012, saat media sosial dan jual beli online berkembang pesat di Indonesia, Saya memutuskan menjalankan bisnis di bidang desain yang produknya customized dan made by order. Saya memilih bisnis ini karena resiko kerugian yang minim serta modal yang relatif kecil. Bisnis desain ini Saya namai Futlime (Futuristik and Sublime) karena ide awalnya adalah mengkombinasikan antara art dan elektro. Karena saya melihat ada peluang besar di event wisudan, produk pertama Futlime adalah buket bunga led wisuda. Mula-mula cara pemasarannya hanya melalui media sosial dan forum-forum jual beli. Kemudian Futlime berkembang mengikuti permintaan pasar, menjual berbagai produk hadiah custom untuk berbagai hari spesial seperti ulang tahun, pernikahan, anniversary dan juga wisuda.
Sembari menjalani Futlime, kami sering mencari informasi dan wawasan tentang bisnis melalui komunitas dan kegiatan bisnis baik di ITB maupun Bandung, seperti LPIK (lembaga inkubasi bisnis), PKM-K (Pekan Kegiatan Mahasiswa Kewirausahaan), dan beberapa kegiatan lainnya yang diadakan pemerintahan ataupun ITB. Saat ada program Mahasiswa Wirausaha, Saya dan Tim memasukkan 2 proposal ide bisnis (Futlime dan bisnis baru saya Paperpeace), dengan berharap salah satunya diterima. Namun tidak disangka, ternyata kedua proposal tersebut diterima.
Paperpeace
Setelah mendapatkan modal awal, Saya memberanikan diri mendirikan bisnis baru Paperpeace. Bisnis yang bergerak di bidang desain cetak dan digital untuk Pernikahan. Idenya muncul ketika kami yang saat itu sedang mempersiapkan pernikahan. Sebagai calon pengantin kami membutuhkan berbagai desain baik cetak maupun digital untuk untuk mempublikasikan dan mendokumentasikan pernikahan kami serta membutuhkan desain yang esklusif dan unik. Bermula dari situlah ide itu muncul.
Paperpeace didirikan dengan dibantu oleh istri Saya yang mempunyai background graphic designer, serta dibantu 2 karyawan freelance. Media pemasaran yang dipakai Paperpeace adalah website dan Instagram. Selain menjual jasa dan barang, Kami aktif membuat berbagai content mengenai kebutuhan pernikahan di website kami. Sehingga menjadi salah satu traffic builder utama kami.
Tiga tahun setelahnya, saat Paperpeace dan Futlime berjalan dan berkembang stabil. Saya sempat mengalami kejenuhan. Saya berencana membuat bisnis yang baru untuk merealisasikan mimpi saya, sedangkan Futlime dan Paperpeace Saya percayakan kepada istri. Saya punya impian dibidang pendidikan, Saya ingin mewujudkan pemerataan akses pendidikan di seluruh Indonesia. Dengan melihat peningkatan jumlah pengguna smartphone di Indonesia yang signifikan, Saya yakin bahwa hal ini akan mempermudah terwujudnya impian saya melalui aplikasi pendidikan mobile, tanya pr
Untuk membangun aplikasi mobile, Saya yang memiliki background bisnis dan elektro membutuhkan partner yang memiliki kemampuan mobile app development. Saya mencoba mencari partner dengan cara mengontak teman-teman lama yang memiliki background yang Saya butuhkan. Singkat cerita, saya mendapatkan partner yang saya cari dari mantan rekan kerja saya. Tim utama tanya pr terdiri dari 2 orang, Saya sebagai CEO dan Pak Budiman sebagai CTO. Kami dibantu satu guru untuk menjawab pertanyaan dan sebagai admin.
Pada Awalnya, kami tidak langsung membuat aplikasi, tetapi kami membuat akun Instagram. Akun ini digunakan untuk tes pasar. Semua follower akun kami, boleh bertanya tanpa dikenakan biaya. Sembari aplikasi dikembangkan, jumlah follower dan pertanyaan terus bertambah.Saat Aplikasi Beta di-launch, follower Instagram tersebutlah yang menjadi user pertama kami, kurang lebih 300 orang.
Sampai saat ini sudah ada sekitar 5500 user terdaftar. Dan jumlah ini terus bertambah setiap harinya. Selain mengembangkan bisnis, Kami pun suka mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan inkubator dan workspace di Jakarta. Kami pun juga aktif mencari funding baik mengikuti pitching competition, maupun mengontak langsung para angel investor dan venture capital.
Tip dan Trik
Berdasarkan pengalaman Saya, ada beberapa hal yang bisa dipelajari,yaitu:
- Untuk mencari ide bisnis, kita bisa mencari masalah dari kegiatan sehari-hari kamu, kebutuhan kamu atau bahkan sesuatu yang kamu impikan. Catat masalah-masalah tersebut, mungkin sekarang belom bisa kita wujudkan solusinya. Tetapi siapa tau kedepannya satu persatu bisa kita wujudkan. Dari masalah itu coba kamu brainstorming solusinya, bisa coba kamu browsing, tanya sekitar, dan yang paling penting tanya yang menjadi target market kamu.
- Setelah ada solusinya, coba tes dengan tools gratis. Seperti yang tanya pr coba, mulai dengan membuat akun instagram untuk tanya jawab. Atau seperti gojek, yang dulunya merupakan call center, user menelpon customer service-nya gojek. Kemudian customer servicenya melihat jarak dengan aplikasi waze dan mengalikan jarak tersebut dengan tarif gojek. Kemudian customer service mengontak ojek yang menjadi rekanan. Semua diawali dengan tes market dan menggunakan tools gratis. Hal ini lah yang di sebut MVP. Setelah terbukti dibutuhkan, barulah kembangkan aplikasi.
- Selama saya mencari rekan bisnis dari berbagai macam umur dan background. Kriteria yang menurut saya tepat untuk dijadikan partner bisnis, yaitu:
- Memiliki kemampuan yang melengkapi dan saling memotivasi satu sama lain
- Mau terus belajar (tidak harus mahir)
- Dewasa dalam pemikiran
- Sabar dan Optimis
- Tidak Money minded (bisnis itu tidak langsung untung bahkan cenderung rugi di awal)
- Jumlah tim awal jangan terlalu banyak dan jangan juga sendiri. Apabila punya partner kita punya bahan pertimbangan lain dan saling mengisi satu sama lain. Sebaliknya jika terlalu banyak, akan semakin lama mengambil keputusan.
- Active mencari pendanaan dengan mengikuti pitching competition atau mengontak langsung para investor itu penting, Agar ide kita tervalidasi, kita dapat masukan untuk meng-improve startup kita, dan pastinya mendapat pendanaan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis kita. Tetapi ada yang lebih penting dari sekedar mencari investor, yaitu berkembangnya aplikasi kita dan pengguna kita. Jangan terlalu fokus mencari pendanaan uang akhirnya menelantarkan aplikasi kita sendiri. Percaya pasti ketika aplikasi kita memiliki traction yang fantastis, banyak investor yang mau join ke startup kita
- Aktif ikut kegiatan dan komunitas bisnis seperti inkubator, kompetisi, dll untuk menambah wawasan, networking, dan dealing pendanaan.
Pesan terakhir buat teman-teman yang ingin terjun ke dunia startup:
"Keep Innovating, Persistent, and Consistent"